1. Pengertian Cinta (Mahabbah)
Cinta kepada Allah merupakan tujuan yang paling utama dari segala maqom, dan puncak yang paling tinggi dari semua tingkatan. Tidak ada maqom setelah cinta, kecuali dia adalah buah dan konsekwensinya, seperti kerinduan, rasa suka, ridho dst. Dan tidak ada maqom sebelum cinta kecuali dia adalah mukaddimahnya, seperti tobat, sabar, zuhud dan lain-lain.
Cinta tidak memiliki batasan kecuali cinta itu sendiri. Definisi cinta adalah wujudnya. Sebab, definisi adalah milik ilmu pengetahuan. Sementara cinta adalah perasaan yang memenuhi hati orang-orang yang mencintai. Yang ada didalamnya adalah perasaan yang menggebu-gebu. Semua yang dikatakan tentang cinta hanyalah sekadar keterangan tentang pengaruhnya, ungkapan tentang buahnya dan penjelasan tentang sebab-sebabnya.
Menurut Ibn Dibagh sesungguhnya cinta tidak dapat diungkapkan hakikatnya kecuali oleh orang yang merasakannya. Barangsiapa merasakannya, maka cinta itu akan menguasai pikirannya dan dapat membuatnya lupa akan apa yang sedang ia alami. Dan ini merupakan perkara yang tidak mungkin diungkapkan, perumpamaannya adalah seperti orang yang mabuk berat. Jika dia ditanya tentang hakikat mabuk yang dialaminya maka dia tidak akan dapat mengungkapkannya dalam keadaan seperti itu. Sebab mabuknya tersebut telah menguasai akalnya. Adapun perbedaan antara dua jenis mabuk ini adalah bahwa mabuk yang disebabkan oleh minuman keras merupakan sesuatu yang insidental dan bisa dihilangkan, orang yang mabuk bisa menjelaskan keadaannya ketika dia sudah sadar. Sementara mabuk cinta merupakan sesuatu yang esensial dan tidak dapat dielakkan. Orang yang mengalaminya tidak mungkin sadar darinya, sehingga dia dapat menjelaskan hakikatnya.
Dalil yang menunjukan cinta Allah terhadap hambanya dan cinta hamba kepada Tuhannya sangatlah banyak. Allah berfirman:
“…Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya…”(Al-Maidah:54)
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31)
Kalimat Allah akan mencintai kalian merupakan dalil atas cinta, kaidahnya dan keutamaannya.
Diriwayatkan dari Anas ra. Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
“Ada tiga hal yang dengannya seseorang akan merasakan manisnya iman, yang pertama hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya. 2. hendaklah dia mencintai seseorang hanya karena Allah. 3. hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekafiran, sebagaimana dia benci untuk dimasukkan kedalam neraka.” (H.R Bukhari)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi SAW. Bersabda:
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memanggil Jibril dan berkata: ‘sesungguhnya Aku mencintai fulan. Maka cintailah dia. Dan jibrilpun mencintainya.’ Kemudia jibril berseru dilangit dengan berkata: ‘sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah dia.’ Dan penduduk langitpun mencintainya. Lalu dia akan diterima dibumi.” (H.R. Bukhari)
Ketika para sahabat ra. Benar-benar mengalami cinta kepada Allah dan RasulNya, mereka sampai pada puncak kesempurnaan iman, akhlak dan pengorbanan. Manisnya cinta telah melupakan mereka akan pahitnya cobaan dan perihnya malapetaka yang menimpa mereka. Lalu pengaruh cinta itu membawa mereka untuk menyerahkan nyawa, harta, waktu dan semua yang mahal dan berharga dijalan yang mereka cintai, dengan harapan mereka akan memperoleh ridho dan cinta-Nya.
Pada hakikatnya, Islam merupakan amal, taklif dan hokum-hukum. Adapun rohnya adalah cinta. Amal yang tidak dibarengi dengan cinta sama dengan jasad yang tidak bernyawa.
3. Sebab-sebab Timbulnya Cinta
Para Ulama menyebutkan sebab-sebab timbulnya cinta antara lain yaitu:
1) Membaca Al-qur’an dengan memahami dan memikirkan arti dan maksudnya.
2) Mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menjalankan yang sunnah.
3) Selalu berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan, baik dengan lisan, hati maupun amal perbuatan.
4) Melebihkan semua yang dicintaiNya atas semua yang engkau cintai ketika engkau dikuasai oleh hawa nafsu.
5) Hati yang selalu mengingat nama-namaNya dan sifat-sifatNya menyaksikan keagunganNya, ma’rifat kepadaNya dan berkutat ditaman ma’rifat ini.
6) Mengakui semua kebaikan dan nikmat-nikmatnya.
7) Luluhnya hati secara keseluruhan dihadapan Allah, karena merasa hina dan rendah diri.
8) Berkhalwat bersamaNya untuk bermunajat kepadaNya.
9) Bergaul dengan orang-orang yang benar-benar mencintai Allah.
10) Menjauhi apa-apa yang dapat melepaskan ikatan antara hati dan Allah.
Dengan sebab-sebab diatas dan yang lainnya, orang-orang yang mencinta akan sampai pada tingkatan cinta atau mahabbah.
4. Tanda-tanda Cinta
Tanda-tanda cinta yang dimiliki oleh seseorang diantaranya:
1) Senang bertemu kekasihnya dengan cara kasyf (terbukanya tabir) dan menyaksikanNya disurga. Tidak bisa dibayangkan bahwa hati mencintai sang kekasih, kecuali dia senang melihat dan bertemu denganNya. Jika dia mengetahui bahwa dia tidak akan bisa mencapaiNya kecuali dengan cara kematian, maka dia harus mencintai kematian dan tidak boleh lari darinya. Sebab, kematian adalah kunci untuk bertemu denganNya.
2) Mengutamakan apa-apa yang dicintai Allah atas apa-apa yang dicintainya, baik dalam lahirnya maupun dalam batinnya.
3) Memperbanyak dzikir kepada Allah, lisan dan hatinya tidak pernah berhenti berdzikir. Sebab, barangsiapa mencintai sesuatu, maka dia akan sering mengingatnya.
4) Berkhalwat kepada Allah, bermunajat kepadaNya dan membaca kitabNya.
5) Tidak menyesali apa-apa yang hilang darinya, selain Allah dan sangat menyesal jika dia melewatkan waktunya tanpa berdzikir dan taat kepada Allah.
6) Menikmati ketaatan, tidak menganggapnya berat dan tidak merasakan keberatan.
7) Bersikap lembut dan sayang kepada hamba-hamba Allah dan bersikap tegas kepada musuh-musuhNya.
8) Merasa takut dan berharap dalam mencintai Allah, dibawah keagungan dan kemuliannya.
9) Menyembunyikan perasaan cinta, menghindari pengakuan dan tidak memperlihatkan cinta tersebut sebagai wujud pengagungan pemuliaan, penghormatan kepada sang kekasih.
10) Senang dan ridho kepada Allah.
5. Tingkatan-tingkatan Cinta
Para Ulama menyebutkan bahwa cinta memiliki sepuluh tingkatan:
1) Al-’Ilaqah (gantungan) dinamakan demikian karena terhgantungnya hati kepada sang kekasih.
2) Al-Iradah (keinginan), yaitu condonganya hati kepada sang kekasih dan usahanya untuk mencariNya.
3) Ash-shababah (ketercurahan), yaitu tercurahnya hati kepada sang kekasih, sehingga pemiliknya tidak dapat menguasainya sebagaimana tercurahnya air dipuncak gunung.
4) Al-Gharam (cinta yang menyala-nyala) yaitu cinta yang selalu ada dalam hati dan tidak dapat meninggalkannya. Dia selalu menetap, sebagaimana seorang kekasih yang selalu menetap pada kekasihnya.
5) Al-Widad (kelembutan) yaitu kesucian, ketulusan dan isi dari cinta.
6) Asy-Syaghaf (cinta yang mendalam), yaitu sampainya cinta kedalam lubuk hati.
7) Al-‘Isyq (kerinduan), yaitu cinta yang berlebihan dan pemiliknya dihawatirkan karenanya.
8) At-Tayammum, yaitu memperbudak dan merendahkan diri. Artinya cinta telah merendahkan dan memperbudaknya
9) At-ta’abbud (penghambaan), yaitu tingkatan diatas At-tayammum. Sebab, seorang hamba tidak lagi mempunyai apa-apa pada dirinya.
10) Al-Khullah. Ini hanya dimiliki oleh dua kholil (kekasih), yaitu Ibrahim AS. Dan Muhammad SAW. Al-Khullah artinya cinta yang memenuhi jiwa dan hati orang yang mencintai, sehingga tidak ada lagi tempat dihatinya selain untuk yang dicintainya.
Abdul Qodir Isa, penerjemah Khoirul Amru Harahaf, Lc. Dan Afrizal Lubis, Lc., Hakekat Tasawuf, judul asli Haqa’iq At-tasawwuf, Qisthi Press, Jakarta, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bubuhkan komentar anda