A.Pendahuluan
Persoalan pluralisme adalah persoalan yang telah menjadi anatema menarik yang sering didiskusikan oleh tokoh-tokoh masyarakat Indonesia. Persoalan ini menjadi semakin menarik setelah menjadi komplik antar etnis dan agama yang terjadi di beberapa daerah Indonesia. Analisa pun kemudian dirujukan pada ajaran masing-masing agama yang dianaut oleh masyarakat daerah konplik kemudian diskusi pun trjadi untuk memecahkan persoalan tersebut yang menghasilkan kesimpulan dari sebagian diskusi yang diadakan itu bahwa “seharusnya konplik itu tidak mesti terjadi, karena semua agama itu adalah sama, yang berbeda adalah hanya dalam system ritual atau pola dan cara peribadatanya saja”.
Ungkapan bahwa semua agama itu sama, tidak bisa diterima begitu saja. Karena sekalipun setiap agama menagajarkan kebenaran dan mempunyai nilai-nilai universal, tetapi kebenaran ajaranya bersipat nisbi. Sedangkan kebenaran dalam ajaran islam adalah bersifat mutlaq dan abadi yang memiliki karakteristik tersendiri disbanding ajaran lain yang ada diluar islam, oleh karenanya sebagai pemeluk islam wajib bangga menyandang status muslim yang beriman.
B. pluralisme agama dalam perspektif al-qur’an
Ada beberapa istilah yang digunakan al-quran untuk menyebut keyakinan umat manusia. Diantaranya adalah al-din, menurut abul a’la maududi, al-din ini memiliki beberapa arti, arti yang pertama yaitu “kehormatan pemerintah, Negara, kemaharaan dan kekusaan”. Arti yang kedua “ ketundukan, kepatuhan, perbudakan, penghambatan, dan penyarahan”. Arti yang ketiga “memperhitungkan, mengadili, memberi ganjaran dan hukuman atas perbuatan-perbuatan. Semua arti yang tiga ini ada dalam al-quran ( A.A. Maududi, 1984, 94-95). Sebagai mana dalam QS. 3:19
Artinya : “sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah, hanyalah Islam...”
Hal ini berarti bahwa bagi Allah yang disebut dien adalah ajaran yang membuat manusia mengakui hanya Allah saja yang menjadi pemilik kemuliaan dan kehormatan dan yang tidak membuat manusia bersujud dihadapan siapapun kecuali Allah. Manusia harus memandang Allah saja sebagai majikan, yang dipertuan dan penguasa, dan manusia tidak boleh menjadi hamba, pelayan dan bawahan dari siapapun kecuali Allah. Sebutan dien seperti ini maksudnya adalah agama islam. Dan kebalikannya adalah dien yang bathil.
Manusia diciptakan tidak untuk menjadi pelayan atau budak dari siapapun selain Allah, tidak pula ada majikan selain Dia yang mampu memberi ganjaran dan hukuman yang sebenarnya. Kenyataan ini telah Allah jelaskan dalam QS. 3:85 dan QS 98:5
Artinya “ dan barangsiapa yang mencari agama selain islam, dia tidak akan diterima, dan diakhirat dia termasuk orang-orang yang merugi”.(QS. 3:85)
Artinya “ padahal merka hanya diperintahkan menyembah Allah dengan ikhlas menaatiNYA semata-mata karena ( menjalankan ) agama....”.(QS. 98:5)
Memang Allah telah menciptakan manusia agar menjadi hambanya semata-mata, dan Dia telah melarang mereka bersikap hina dan menghamba kepada siapapun selain Dia. Karena itu wajiblah manusia berpaling diri dari semua makhluk dan hanya memusatkan perhatian mereka kepada diennya saja, yaitu kepatuhan dan penghambaan kepada Allah semata. Manuisa harus mengabdikan untuk melayani-Nya dengan sepenuh hati, dan hanya takut akan pertanggung jawaban terhadap-Nya saja. Firman Allah dalam QS 3:83.
Artinya” maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah padahal kepadanyalah menyerahkan diri segala apa yang ada dilangit dan dibumi, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan”.
Dalam QS 9:33 Allah menjelaskan : ”Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai”.
Ini berarti bahwa Allah telah mengutus utusanNya dengan membawa dien yang benar dengan tujuan mengakhiri kedaulatan semua tuhan-tuhan palsu, dan meningkatkan harkat manusia yang luhur, sehingga ia tidak lagi menjadi pelayan siapapun kecuali penguasa alam semesta. Demikian makna kandungan dien dalam ajaran islam.
C. Penyimpangan Aqidah Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani)
Diantara penyimpangan yahudi yaitu :
1. sejarah umat manusia tidak pernah menyaksikan kekerasan hati, pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah, tindakan melampaui batas, Dan menentang para pembawa petunjuk seperti yang dilakukan bani israil (yahudi).mereka membunuh, menyembelih, dan menggergaji sejumlah nabi mereka sendiri, tindakan paling buruk yang dilakukan suatu umat terhadap para penyeru kebenaran yang mukhlis. Mereka melakukan kekufuran yang amat buruk, melakukan pelanggaran yang amat busuk, melakukan kemaksiatan yang amat nista dan menyekutukan Allah dengan menyatakan bahwa Uzzair adalah anak Allah. Lihat QS. 9:30
2. mereka selalu beranggapan bahwa diri mereka sajalah yang mendapat petunjuk, mereka sajalah bangsa pilihan Allah, mereka sajalah yang berhak menedapatkan pahala Allah, mendapatkan karunia Allah, tanpa orang lain yang bersekutu dengan mereka.
Disini al-quran mendustakan anggapan-anggapan mereka yang bermacam-macam itu dan menetapkan kaidah umum yang disisipkan di celah-celah kisah-kisah al-quran atau didepan dan dibelakang kisah-kisah itu. Al-uran menetapkan kaidah kesatuan iman dan kesatuan akidah yang apabila sudah mantap didalam jiwa akan menimbulkan kepasrahan kepada Allah dan alam shaleh. Al-quran juga menetapkan bahwa karunia Allah tidak dibatasi pada golongan tertentu saja, melainkan ada pada semua golongan orang beriman, pada semua masa dan tempat, hingga datangya risalah agama terakhir yang harus mereka imani. Lihat kembali terjemah QS. 2: 62, ayat ini menetapkan siapa saja yang beriman kepada allah dan hari akhir (tidak hanya yahudi), mereka akan mendapatkan pahala disisi tuhanya, merka tidak hawatir juga tidak bersedih hati. Dan hal ini tentu saja sebelum di utusnya nabi Muhammad Saw. Adapun sesudah diutusnya beliau, maka bentuk iman yang terakhir ini sudah ditentukan.
Gambaran tentang kekeringan, kegersangan dan kekerasan hati bangsa yahudi adalah telah banyak Allah gambarkan dalam beberapa ayat al- Qur’an, ingatlah sesungguhnya sudah tidak ada harapan lagi bahwa orang – orang seperti mereka itu akan beriman. Karena iman itu memiliki tabiat tersendiri dan persiapan tersendiri. Tabiat iman adalah toleran, halus, lemah lembut, jendelanya senatiasa terbuka untuk menerima cahaya, senatiasa siap berhubungan dengan sumber azali yang abadi dengan segala kemurahan dan keakwaanya. Ketaqwaan yang mencegahnnya mendengarkan kalam Allah lalu mengubahnya sesudah memhaminya, mengubah pengertian dan pelaksanaanya. Maka tabiat iman dalah tabiat yang luru, konisten dan merasa keberatan untuk melakukan perubahan dan pemelintiran ( pembongkaran terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang sudah jelas ke validitasanya ).
3. sayyid Qutub dalam kitab fii Zilalil Qur,an menjelaskan QS. 2: 75-77, bahwa keimanan orang-orang yahudi itu amat sulit diharapkan, padahal mereka paling mengetahui dan mengerti hakikat sesuatu yang diturunkan di dalam kitab mereka. Mereka adalah para rahib dan para pendetanya, mendustakan kebenaran yang diturunkan kepada nabi mereka Musa as. Kemudian mereka ubah tempat-tempatnya dan mereka ta’wilkan dengan ta’wil-ta’wil yang jauh keluar dari wilayahnya. Hal itu mereka lakukan bukan mereka tidak tahu tempat yang sebenarnya, tetapi mereka memang sengaja hendak mengubahnya dan mereka pun mengetahui perubahan ini, mereka lakukan hal ini karena dorongan hawa nafsu belaka. Oleh karenanya mereka berpaling dari kebenaran ajaran Nabi Muhammad Saw itu wajar, karena mereka sebelumnya telah berpaling dari kebenaran nabi mereka yaitu Nabi Musa as.
4. kebiadaban bangsa yahudi terlihat dengan kebohonganya yang mereka lakukan dan dijelaskan Allah dalm QS. 2:97-98
artinya” katakanlah, barang siapa yang menjadi muuh jibril itu telah menurunkannya (al-Qur’an) kedalam hatimu dengan seijin Allah, membenarkan apa(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikatnya, rasul-rasulnya, jibril dan mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”
pada yat di atas, sayyid kutub menjelaskan bahwa orang-orang yahudi melakukan tindakan kontradiktif yang sulit dinalar oleh akal sehat, yaitu mereka mendengar bahwa malaikat jibril turun membawa wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad Saw, dan karena rasa permusuhan mereka kepada Nabi Muhammad Saw sudah menjadi dendam yang mendalam, maka dendam ini telah mendorong mereka untuk membuat-buat cerita yang rapuh dan bohong, mereka menggap malaikat jibril sebagai musuh mereka karena jibril menurut anggapan mereka telah membawa bencana, kehancuran dan siksaan. Dan hal inilah yang menghalangi mereka untuk beriman kepada Nabi Muhammad Saw dengan malaikat jibril yang di anggap mereka sebagai pembawa kerusaksn dsn bencana. Mereka berkata, andaikan yang menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad adalah malaikat mikail, niscaya mereka akan beriman karena malaikat mikail itu adalah pembawa kemakmuran, hujan, kesuburan dan rizki.
Di sini, menurut pendapat penulis bangsa yahudi sedang menampakan kebodohan dan ketololannya yang amat besar akibat dari kesombongan dan kedangkalan berfikir, akan membuat orang tertutup pintu hatinya dari mendapatkan hidayah Allah Swt. Lihat QS.67:10
Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa setiap orang yang memalingkan umat ini dari agamanya dan al-Qur’an, maka dia termasuk antek yahudi. Baik ia mengerti maupun tidak mengerti, sadar maupun tidak. Oleh karenanya yahudi tidak akan pernah nyenyak tidur sebelum musuhnya(umat islam) bisa mengikuti millah (agama dan pola fikir) mereka, sekalipun umat islam tidak secara total masuk kedalam ajaran agama mereka tetapi gaya hidup dan pemikiran yang mengikuti mereka, maka mereka akan merasa aman sudah dapat merubah kebenaran ajarannya..QS. 2:120
Penyimpangan Nashrani antara ain:
Adapun penyimpangan aqidah yang dilakukan oleh orang-orang Nashrani yang dianggap sebagai ahlul kitab antara lain adalah:
1. menyekutukan Allah, dengan mengatakan bahwa al-masih adalah anak Allah (QS.9:30, 5 : 73), oleh karenanya jelaslah dari ayat ini bahwa Nashrani adalah termasuk musyrik sebagaimana yahudi, sehingga menikah dengan golongan mereka hukumnya adalh ”haram” sekalipun mereka orang-orang yang memiliki kitab tetapi kitabnya dirubah sesuai keinginan hawa nafsu mereka.
2. Menyatakan bahwa Allah adalah al- masih putra maryam, QS. 5:72
3. selalu ingkar janji pada apa-apa yang telah mereka sepakati dengan Nabi Isa as. Seperti QS. 5:112-113, mereka meminta makanan dari langit kemudian setelah dikabulkan permintaanya mereka tetap tidak beriman.
4. tidak mempercayai bahkan mendustai perkataan nabi Isa as dengan kedatangan seorang Nabi setelah beliau, yang diberi nama,ahmad (Nabi Muhammad Saw). Bahkan juga mereka mengejeknya dengan sebutan bahwa perkataan Nabi adalah sihir belaka. QS.61:6
D. Mema’nai pluralisme yang kontrofersial
Islam adalah agama rahmatan lil’alamin tidak hanya bagi manusia yang mengaku dirinya sebagai muslim dan mu’min, tetapi bagi semua manusia dan makhluk penghuni alam jagat raya ini.
Sebagai agama yang senantiasa menebarkan kedamaian dan menjungjung tinggi martabat kemanusiaan, islam pun tidak pernah tertutup untuk mengakui adanya perbedaan dan kemajemukan diantara sesama manusia dalam semua sisi kehidupan. Hal ini telah dicontohkan Rasulullah Saw., sebagai nabi terakhir pembawa risalah-Nya, yaitu ketika beliau berada di kita madinah, diman beliau saat itu tidak hanya hidup berdampingan dengan umat islam saja tetapi juga berdampingan dengan orang-orang yahudi (ahlul kitab). Tetapi hal itu semua dapat teratasi dengan baik, tanpa adanya pihak-pihak yang merasa dirugikan. Demikian ini dapat terjadi karena tidak ada hal yang sulit dan tidak mungkin di dunia ini manakala segala sesuatu (pola hidup) sesuai dengan aturan islam.
Perbedaan adalah hal yang logis dan order of nature (sunnatullah), hal ini terlebih jauh sudah diberikan pernyataan oleh Allah Swt dalam QS.11: 118.
Artinya” dan jika tuhanmu menghendaki, tentu dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat)”.
Dalam QS. 5: 48, pun dijelaskan tentang adanya perbedaan dan adanya kemajemukan. Bahwa sekiranya Allah mau/menghendaki untuk menjadikan umat ini hanya satu tipe atau satu umat saja, itu sangat mudah bagi Allah, tetapi bukan itu yang dikehendaki Allah, Allah sudah memberikan fasilitas ini semua bagi kita umat manusia, untuk dinikmati dan disyukuri sebagai karunia Allah bahi hamba-hambanya pada apa yang telah Allah karuniakan kepada mereka yang dijelaskan melalui kitab-kitab yang dibawa para Nabi Allah sampai kepada Nabi Muhammad Saw”. QS. 5 : 48
Artinya” Dan kami telah nenurunkan kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalakan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang (jelas). Kalau Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kalian terhadap karunia yang diberikan-Nya. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan...:
Untuk ini semua, penulis akan membahas sedikiy tentang diantara pluralisme yang kontrofersial dan sering menjadi kebingungan di tengah-tengah masyarakat.
1. mengucapkan salam kepada non muslim, mengucapakn selamat natal, (selamat hari raya agama-agam lain) dan mengikuti natalan bersama mereka
2. kawin beda agam
3. waris beda agama
4. do’a bersama antar agama
Mininal keempat hal ini, sangat membingungkan masyarakat yang nota bene pemahaman agam masih sangat kurang, dan permasalahan yang empat di atas dilegalkan dan didukung oleh sebagian tokoh yang dalm pemahaman agamanya cukup di perhitungkan oleh masyarakat, dengan menggunakan dalil-dalil yang lebih menguntungkan pihak lain (agama lain) padahal mereka sendiri seorang cendikiawan muslim.(kembali ke dalil-dalil yang ada di atas).
Dari keempat permasalahan di atas sebenarnya bukan hal yang baru bagi bangsa indonesia dan umat islam, ini terjadi dimulai sejak orde baru, tetapi tidak menampakan kegiatanya, karena takut di anggap faham sesat dan meresahkan masyarakat, bahkan sebagian ajaran itu dari dulu tidak terdengar suaranya, tetapi di era keterbukaan ini dengan menunggangi iklim reformasi, faham-faham ini muncul mendeklarasikan dirinya dan melaksanakan aktivitasnya dengan sangat terbuka di media massa. (Daud Rasyid,2003,15).
Kemudian apa maksud dan tujuan dari semua itu ? serta siapa sebenarnya dalang di balik pekerjaan ini ? dan bagaimana islam menyikapinya ?
Adapun tujuan dari penyimpangan pemikiran ini antara lain adalah percikan dari arus sekularisme yang melimbah di negeri-negeri islam yang mayoritas penduduknya muslim. Mereka bertujuan dan menginginkan bahwa umat islam itu ngambang dalam aqidahnya, sehingga mudah diatur dalam semua urusan dan gaya hidup yang materialistis juga akan sangat ketergantungan kepada mereka bangsa barat dan eropa yang nota bene adalah kafir. Tetapi semua itu tidak mudah untuk diciptakan dan tidak seampuh orang memakan cabe. Walhasil usah itu dapat di tangkis oleh ulama-ulama muslim dan lembaga-lembaga islam yang senantiasa tanggap akan segala isu yang ingin merusak islam, seperti di indonesia dengan MUInya, di mesir dengan ulama-ulama yang ada di universitas al-azhar yang benar-benar telah menampilkan dirinya sebagai hisnul islam(benteng islam) yang patut diteladani.
Adapun dalang dibalik itu semua adalah para orientalis barat yang telah meracuni otak-otak sarjana muslim yang belajar islam kepada mereka. Dalam pendapat Isma’il Razi al-Faruqi yang disadur oleh Daud Rasyid bahwa studi islam di perguruan-perguruan tinggi barat tidak pernah luput dari misi zionis Yahudi dan Kristen. Menurutnya bahwa ia langsung merasakan sekali cengkraman ”kuku-kuku” zionis Yahusi itu dalam studi islam, sejak dari dana dan beasiswa hingga profesor-profesornya. Ia mengambil contoh seorang profesor Fazlurrahman, sarjana asal Pakistan itu diberi posisi di Amerika sebagai ”profesor” di Universitas Chicago, setelah diusir dari pemerintah Pakistan karena dihukumi kafir oleh seluruh ulama-ulama Pakistan karena pendapat-pendapatnya yang mengkritik nash-nash al-Qur’an.
Selanjutnya Faruqi juga memberikan nasihat kepada para sarjana muslim agar tidak belajar islam ke barat, karena materi-materi islam di sana sengaja difokuskan pada faham-faham yang dianggap sesat dalam pemikiran islam, seperti mu’tazilah, khawarij, isma’iliah, jabariah, ingkar sunnah, dan aliran-aliran tasawuf yang menyeleweng. Itu semua mereka rangkum dalam sebuah disiplin ilmu yang dinamai ”filsafat islam”.
Bagaimana islam menyikapinya? Islam melarang umatnya untuk mengikuti ajaran siapapun selain dari ajaran islam yang sudah tertuang dalam al-Qur’an, as-Sunnah, serta ijma’ dan qiyas. Dijelaskan dalam QS: 2: 177 :
Artinya : ”Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat, akan tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang-orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi juga memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan, peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila ia berjanji...”
Dari ayat di atas, Ali ash-Shabuni menjelaskan bahwa yang dimaksud kebajikan adalah ketaatan kepada Allah ’Azza wa Jalla dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan mengikuti semua aturan-Nya, yang disebut dengan taqwa dan iman yang sempurna, bukan denga mengikuti gaya hidup barat dan pemikirannya yang menyesatkan dengan ketidak tundukannya kepada aturan-aturan Allah. Inilah yang dimaksud dengan iman dan hakikat amal, tidak boleh dan haram hukumnya kita melakukan sesuatu yang tidak tahu dasar ilmunya hanya sekedar ikut-ikutan belaka. Q.S: 17: 36
Artinya : : ”Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani semua itu akan dimintai pertanggung jawabannya.”
E. Kesimpulan
Pluralisme adalah faham yang menyatakan bahwa semua agama adalah benar, demikian yang tidak dikehendaki islam. ”Karena agama yang diakui Allah hanyalah Islam” yang lain adalah bathil. Pluralisme yang selalu menjadi sandungan bagi umat islam dari tahun ke tahun yang sebenarnya pencetusnya disadari atau tidak adalah umat islam sendiri yang sudah termakan dengan gaya orang-orang sekular dan orientalis disebabkan karena sudah merasa hutang jasa dan balas budi atas dana dan biaya yang diberikan orang-orang orientalis kepada mereka umat islam yang melakukan studi islam di barat dan demikian pula karena hawa nafsu keduniawiannya lebih besar, seperti dikarenakan keorganisasiannya dibidang intelektualitasnya yang ingin diakui oleh banyak orang ahirnya membuat manuver-manuver yang selalu menghebohkan dan membingungkan, bahkan menyesatkan banyak umat islam. Berhasillah bangsa barat yang notabene kafir, dengan kebingungan dan mengambangnya aidah umat islam, sehingga bila sudah demikian akan mudah dihancurkan kapan dan dimana saja saat yang tepat.
Referensi :
1. Al-Qur’anul karim Terjemah Depag
2. Amin Muhammad Suma, Pluralisme Agama, menurut al-Qur’an, penerbit. Pustaka firdaus.
3. Ash-Shabuni Ali Muhammad Muhtashar ibn Katsir. Darul Fikri. Juz I dan II
4. Maududi, Abu A’la, Dasar-dasar Ilam, Penerbit Pustaka.
5. Rasyid Daud, Islam dalam Berbagai Dimensi, Penerbit Usamah Press.
6. Quthb, Sayid, Terjemah Tafsir fi Zilal al-Qur’an, Jilid I Penerbit Gema Insani Press.
Minggu, 28 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bubuhkan komentar anda