Rabu, 24 Juni 2009

PEMURAH DAN DERMAWAN

Dari abu kabsyah (Amru) bin sa’ad al –anmary r.a telah mendengar rasulullah saw . bersabda: tiga orang saya akan ceritakan kepadamu dan saya bersumpah kepadamu, ingatlah cerita ini. 1 : tiada akan berkurang harta seorang karena bersedekah. 2 : dan tiada seorang yang di aniaya maka ia tetap sabar, melainkan di tambah kemuliaan oleh Allah. 3 : dan tiada seorang membuka pintu minta-minta melainkan Allah membukakan baginya pintu kemiskinan. Kini saya akan bercerita kepadamu, maka ingatlah cerita ini: sesungguhnya dunia ini hanya untuk empat macam orang. 1 : seorang yang diberi rizki harta dan ilmu, maka ia pergunakan untuk bertaqwa dan menghubungi sanak –keluarga dan mengenal hak Allah di dalamnya (dibayarkan zakatnya, dan dipergunakan untuk kebaikan), maka orang ini dalam tingkat yang tertinggi. 2: seorang yang diberi ilmu tetapi tidak berharta , maka dengan niat yang sungguh-sungguh ia berkata: kalau saya diberi harta pasti saya akan beramal sebagaimana si pulan, maka ia mendapat pahala niatnya, dan pahala kedua orang itu, tidak berbeda-beda. 3: seorang hamba yang diberi kekayaan tetapi tidak bertaqwa dan tidak dipergunakan untuk menghubungi sanak-keluarga juga tidak mengenal hak Allah di dalamnya , maka orang ini ada pada sejahat-jahatnya tempat. 4: seorang yang tiada di beri harta dan di beri ilmu, lalu ia berkata: andaikan saya mempunyai harta niscaya saya akan berbuat sebagaimana kelakuan si pulan, maka ia berhasil dengan niatnya, nilai timbangan keduanya sama dan tidak berbeda. ( HR Attirmidzi ).

Sungguh besar karunia yang Allah berikan kepada orang-orang yang dalam hidupnya mencurahkan perhatian untuk kebaikan sesama manusia. Mereka adalah orang-orang yang mengisi kehidupan dengan penuh makna dan dengan akhlak terpuji. Mereka telah mampu membebaskan diri dan jiwanya dari sifat kikir, sifat yang selalu menjadikan kepentingan dirinya di atas kepentingan siapapun. "Dan barangsiapa yang dijaga dari kekikiran jiwanya, merekalah orang-orang yang menang." (Al-Quran, surat 64:16)

Ada satu keluarga yang amat gemar berinfak dan bershodaqoh. Tidak kurang dari sepuluh panti asuhan disantuni keluarga ini secara rutin. Bahkan pada sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris yang mereka kelola, dibuka satu program khusus untuk memberi kesempatan kepada sebagian anak-anak kurang mampu untuk dapat belajar dengan gratis.

Kebahagiaan terpancar pada wajah keluarga ini, setiap kali mereka melihat anak-anak yatim dan orang-orang tidak mampu dapat merasakan kebahagiaan. Salah seorang anak keluarga ini yang duduk di kelas 6 SD baru-baru ini mengkhatamkan Al-Quran. Ketika ibunya menanyakan, apa hadiah yang diinginkan anaknya, si anak menjawab, "Saya ingin Ibu memberi makanan kepada anak-anak yatim!"

Peluang berbuat baik kepada sesama itu amat luas. Seorang sahabat lama tiba-tiba kontak lewat sebuah media blog. Ia mengabarkan bahwa ia masuk ke sebuah perkumpulan sosial para orang tua yang memiliki anak tunarungu. Perkumpulan ini menerima keanggotaan dengan gratis. Melalui berbagai aktivitasnya, anak-anak tunarungu dapat ditangani dengan tepat, hingga mereka bisa mendengar dan berbicara. Aktivitas seperti ini pasti akan menolong banyak keluarga, membuat mereka kembali dapat membangun harapan dalam mendidik anak-anak. Dan anak-anak ini pun akan menatap masa depan dengan penuh rasa percaya diri.

Ada orang-orang yang amat trenyuh dengan penderitaan masyarakat kurang mampu dari kalangan tukang beca, penjaja dagangan ke rumah-rumah, tukang air dan lain-lain. Setiap kali melihat yang mengalami kesulitan hidup, maka berlinanglah air mata orang-orang ini. Mereka pun berusaha memberikan perhatian dan bantuan kepada orang-orang yang menderita ini. Terkadang dengan bantuan uang, terkadang dengan memberi makan, atau pada kesempatan lain dengan memberi mereka pakaian yang baik atau layak untuk digunakan.

Ada orang-orang yang sudah mulai menghitung berapa persediaan uang yang harus dikumpulkan untuk diberikan kepada kaum kerabat yang kurang mampu pada bulan Ramadhan dan terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri nanti, padahal keluarga ini bukanlah termasuk yang kaya raya. Keluarga ini pun relatif memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Benarlah ucapan yang keluar dari mulut mereka, "Kalau hanya memikirkan kebutuhan sendiri, niscaya tidak akan pernah ada uang tersisa untuk membantu orang lain yang lebih sulit hidupnya...". Ada orang-orang yang terus berusaha memberi kebaikan kepada orang lain, walaupun sekedar membuatkan es buah atau membelikan sebungkus kurma untuk berbuka puasa. "Hindarilah api neraka, walaupun hanya dengan bersedekah sebiji kurma." (Hadits Nabi Muhammad, riwayat Bukhari)

Membantu sesama dengan tulus ikhlas mengharapkan ridho Allah swt adalah perbuatan mulia. Perbuatan ini adalah pancaran dari hati yang bertakwa kepada Allah. Tidak peduli apakah ada orang lain yang tahu atau tidak, tetaplah jiwa pemurah melahirkan sikap-sikap dan perbuatan menolong orang yang membutuhkan pertolongan.

". yaitu mereka yang senantiasa menginfakkan harta mereka baik (diri mereka) dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit... " (Alquran surat 3:134).

Di bawah ini merupakan hadis seorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah, lalu di gunakan nya semata-mata dalam perjuangan hak kebenaran Dan seorang yang diberi ilmu oleh Allah, maka digunakannya dan di ajarkanya kepada manusia.

Ibnu Mas’ud r.a berkata: bersabda nabi Saw,: tidak boleh seseorang menginginkan hak orang lain kecuali dua macam: seorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah, lalu di gunakan nya semata-mata dalam perjuangan hak kebenaran. Dan seorang yang diberi ilmu oleh Allah, maka digunakannya dan di ajarkanya kepada manusia.

(HR Bukhori, Muslim).

Sahabat nabi yang termasuk mempunyai sifat pemurah dan dermawan yaitu Thalhah bin Ubaidillah salah satu kisahnya ”Pernahkah anda melihat sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah ? Begitulah Thalhah bin Ubaidillah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Istrinya bernama Su’da binti Auf. Pada suatu hari istrinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab kesedihannya dan Thalhah mejawab, ” Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan ?” Maka istrinya berkata, “Uang yang ada ditanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir-miskin.” Maka dibagi-bagikannyalah seluruh uang yang ada ditangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun. Assaib bin Zaid berkata tentang Thalhah, katanya, “Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya.” Jaabir bin Abdullah bertutur, ” Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta.” Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki “Thalhah si dermawan”, “Thalhah si pengalir harta”, “Thalhah kebaikan dan kebajikan”.

Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang berjiwa pemurah lagi dermawan, yang senantiasa ingin memberi manfaat kepada orang lain. Apatah lagi di bulan Ramadhan ini, di mana jiwa kita dididik untuk berempati lebih dalam lagi kepada mereka yang hidup dalam kesulitan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bubuhkan komentar anda