Selasa, 30 Juni 2009

IMAN

بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ

عَنْ أَبِْى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارَزَ يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: مَالإِيْمَاُن؟ قَالَ: الإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَ مَلآئِكَتِهِ وَ بِلِقَائِهِ وَ بِرُسُلِهِ وَ تُؤْمِنَ بِالبَعْثِ، قَالَ: مَالإِسْلاَمُ؟ الإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلاَتُشْرِكُ بِه ِوَ تُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَ تُؤَدِّى الزَكَاةَ المَفْرُوْضَةِ وَ تَصُوْمُ رَمَضَانَ. قَالَ مَالإِحْسَانُ؟ قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهِ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ مَتىَ السَّاعَةُ؟ قَالَ: مَالمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمِ مِنَ السَّائِلِ. وَ سَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا، إِذَا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَا، وَ إِذَا تَطَاوَلَ رُعَاُة الإِبِلِ إِلَيْهِمْ فِى البُنْيَانِ، فِى خَمْسٍ لاَيَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللهُ. ثُمَّ تَلاَ النَّبْيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَاعَةِ – الآية – ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ: رُدُّوْهُ. فَلَمْ بَرَوْا شَيْئًا. فَقَالَ: هَذَا جِبْرِيْلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَاسَ دِيْنَهُمْ. رواه البخارى

Artinya :
Abu Hurairah berkata: pada suatu hari Nabi Saw berada di tengah-tengah para sahabat lalau ada seseorang datang pada beliau lantas bertanya: apakah Iman itu? Beliau menjawab: Iman adalah engkau percaya kepada Allah dan Malaikatnya; percaya denga adanya pertemuan dengan Nya dan dengan adanya Rasul-rasul Nya, dan kamu percaya dengan adanya hari kebangkita (setelah mati). Ia bertanya apakah islam itu? Beliau menjawab: Islam yaitu menyembah pada Allah dan tidak mempersekutukannya, menunaikan shalat, menunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa pada bulan ramadhan. Ia bertanya: apakah ihsan itu? Beliau menjawab: kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatnya, dan jika kamu tidak bias (seakan-akan) melihatnya maka yakinlah bahwa sesungguhnya Allah melihat kamu. Ia bertanya: kapan hari kiamat itu? Beliau menjawab: orang yang ditanya tentang hari kiamat itu tidak lebih tahu dari pada orang yang bertanya, akan tetapi aku akan memberitahukan kepadamu tentang tanda-tandanya. Yaitu apabila seorang budak perempuan melahirkan tuannya; apabila penggembala unta dan ternak berlomba-lomba dalam bangunan: dalam 5 hal tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah kemudian Nabi saw membaca ayat “Sesungguhnya hanya pada sisinya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak satu orang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakan besok. Dan tiada seroang pun yang dapat mengetahui di bumi manaia akan mati. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” orang yang bertanya itu lantas pergi, lalu Beliau bersabda: kembalikanlah dia. Akan tetapi mereka tidak melihat apa-apa, maka Beliau bersabda: itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan manusia tentang agama mereka” ( HR. Bukhari ).


1.PENGERTIAN IMAN
Kenapa yang pertama itu diajukan Pengertian Iman Secara Umum ? sebab istilah iman ini merupakan istilah kunci (strategis) didalam study Al-Qur'an. Jika istilah iman ini tidak terpecahkan maka tidak akan memahami semua istilah didalam Al-Qur'an. Dan jika istilah iman itu diartikan salah maka tidak ada jaminan yang lainnya itu akan benar.
Kita akan membagi pembahasan ini sebagai berikut:
1. Arti Kata Iman.
2. Ruang Lingkup Iman
3. Nilai dan Harga Iman
4. Definisi Iman

1. Arti Kata Iman
Yang dimaksud Arti Kata adalah pemecahan bentuk kata menjadi bentuk kata yang lain atau hubungan satu bentuk kata dengan kata yang lain. Sehingga Arti Kata Iman adalah pemecahan bentuk kata Iman sebagai kata dasar menjadi berbagai bentuk kata yang lain. Sehingga kita akan menemukan di dalam Al-Qur'an kata-kata : aamana , yu minu , ii maanan, yang merupakan hasil pemecahan dari bentuk kata Iman. Terjemahan umum dari kata-kata tersebut adalah:
Aamana = telah / sudah ber-iman.
Yu Minu = sedang / akan / lagi ber-iman.
Iimanan = Iman
Mu Minu = yang ber-iman.
Didalam memberikan definisi tentang perkataan Iman ini menurut yang ada sama dengan Percaya atau menurut Arab sama dengan : 'aqdun bil qolbi faqath .Sedangkan Iman berdasarkan Al-Qur'an, seperti dijelaskan oleh hadits:

Al iimaanu 'aqdun bil qolbi wa ikraarun bil lisani wa 'amalu bilarkan.
Artinya :
Iman adalah tanggapan hati (proses menanggapi) kemudian

dinyatakan dalam lisan (proses pernyataan diri/sikap) dan menjelma kedalam seluruh laku perbuatan (proses pembuktian dalam hidup). Atau dengan kata lain Iman adalah tambatan hati yang menggema ke dalam seluruh ucapan dan laku perbuatan.
Dengan arti perkataan Iman berdasarkan hadits tersebut di atas sebenarnya sudah sekaligus memberikan Ruang Lingkup Iman.

2. Ruang Lingkup Iman
Yang dimaksud Ruang Lingkup adalah batasan-batasan yang disentuh oleh arti perkataan. Seperti contoh sebidang kebun, ruang lingkup kebun berarti batasan-batasan yang disentuh oleh kebun itu sendiri, sebelah barat-timur-utara-selatan-nya dengan apa.
Berdasarkan hadits tersebut maka Ruang Lingkup Iman meliputi:'aqdun bil qlbi = tanggapan hati, ikraarun bil lisani = pernyataan lisan,'amalun bil arkan = pembuktian dalam perbuatan. Dengan demikian maka ruang lingkup iman meliputi tiga aspek aktivitas hidup manusia, yaitu aspek penanggapan, aspek pernyataan dan aspek pembuktian. Dari aspek penanggapan dan pernyataan akan melahirkan atau membentuk satu Pandangan Hidup dan dari ketiga aspek akan membentuk Sikap Hidup. Jadi berdasar pada Hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Iman sama dengan Pandangan dan Sikap dalam perjalanan hidup atau Pandangan dan Sikap Hidup.
Perkataan Iman tidak akan menjadi sempurna kecuali jika kepadanya ditambahkan atau dihubungkan dengan perkataan yang lain. Dengan kata lain perkataan Iman belum bernilai kecuali bila digandeng dengan sesuatu yang lain. Jadi kita tidak tahu apa yang ditanggapi kemudian apa yang diikrarkan dan apa yang akan dibuktikan dalam amal perbuatan.

3. Nilai dan Harga Iman
Nilai adalah kemampuan sesuatu membikin sedemikian rupa, sedangkan Harga adalah sejumlah pengorbanan untuk mendapatkan nilai. Contoh beras. Satu liter beras mempunyai kemampuan (bernilai) untuk mengenyangkan tiga orang dalam satu waktu tertentu. Kemampuan (nilai) beras tidak dipengaruhi oleh mau atau tidak mau-nya manusia. Untuk mendapatkan satu liter beras kita harus mengeluarkan sejumlah pengorbanan misalnya sejumlah uang sesuai dengan harga beras tersebut. Pengorbanan disini bukan pada bentuk uangnya tapi pada kerja kita untuk mendapatkan uang tersebut. Jadi Nilai ada pada benda (dalam hal ini beras) dan harga ada pada manusia (bentuk pengorbanannya).
Nilai Iman adalah kemampuan isi Iman menghantarkan manusia membentuk satu tatanan budaya kehidupan yang tangguh. Harga Iman adalah sejumlah pengorbanan yang kita lakukan untuk mendapatkan Nilai Iman.
Seperti telah disinggung di atas bahwa perkataan Iman belum bernilai sebelum digandeng dengan perkataan yang lain. Iman akan bernilai setelah digandeng dengan satu ajaran, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 4 :
Artinya:
"(Yang disebut Muttaqin) yaitu yang hidup berpandangan dan bersikap dengan apa yang telah diturunkan menurut sunnah anda (Muhammad) yakni yang sama dengan apa yang telah diturunkan menurut sunnah Rasul-Rasul sebelum anda, dengan mana mereka meyakini tujuan terakhir (Hasanah di dunia dan hasanah di akhirat) dalam keadaan bagaimana pun".
Seperti berdasar hadits bahwa Iman adalah Pandangan dan Sikap Hidup, maka yu minuuna bima ungjila ilaika jangan lagi diartikan mereka yang percaya pada penurunan Al Qur'an , tetapi mereka yang berpandangan dan bersikap hidup dengan sesuatu yakni Al-Qur'an yang telah diturunkan menjadi menurut sunnah Rasul (Muhammad) atau Al Qur'an menurut sunnah Rasul . Jadi disini nilai Iman ditentukan oleh ajaran Allah yakni Al-Qur'an menurut sunnah Rasul dan Iman yang demikian disebut Iman yang bernilai Haq. Maka konsekwensinya: wa bil akhirati hum yu qinun akan mencapai satu kesudahan terakhir hasanah fid dunya wa hasanah fil akhirat.
Sesungguhnya nilai Iman itu tidak hanya ditentukan oleh Al-Qur'an menurut sunnah Rasul saja, tetapi bisa juga oleh ajaran lain seperti diberitakan dalam surat An-Kabut ayat 52.
Artinya:
"Tegaskan (hai Muhamad/Orang Beriman) cukuplah Allah (dengan pembuktian Al Qur'an ms rasul) ini menjadi pemberi kesaksian diantara saya (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur'an menurut Sunnah Rasul ) dan kalian (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin). (Allah) yang meng-Ilmu-i segala kehidupan organis - biologis dan kehidupan sosial budaya. Dan mereka hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Bathil, yaitu mereka yang bersikap negatif terhadap ajaran Allah (Al-Qur'an menurut sunnah Rasul-Nya) niscaya mereka yang demikian adalah yang hidup rugi (perusak kehidupan dimana saja pun)".

4. Definisi Iman.
Yang dimaksud dengan definisi adalah keterangan singkat yang menggambarkan wujud makna secara menyeluruh dan bulat dari satu uraian.
Definisi Iman terbagi menjadi :
a. Definisi Iman Secara Umum, yaitu Pandangan dan Sikap Hidup baik dengan ajaran Allah dan atau selainnya.
b. Definisi Iman Secara Khusus :
1) Iman Haq, Pandangan dan Sikap Hidup dengan ajaran Al Qur'an menurut sunnah Rasul pelakunya disebut Mu'min.
2) Iman Bathil, Pandangan dan Sikap Hidup dengan ajaran Dzulumat menurut sunnah Syayatin , pelakunya disebut Kafir.

Begitulah definisi Iman berdasarkan Al-Qur'an ms Rasul, yang oleh Nabi Muhamad saw telah diajarkan pada permulaan abad ke 7 Masehi. Dan tanggapan abad ke 20 sekarang ini bahwa Iman ialah Percaya, menjadi bukti bawa `iman sama denga percaya' adalah satu produk sejarah oleh tangan-tangan kotor manusia.

Iman menurut Ahlus Sunaah wal Jamaah:
Bahwa iman menurut mereka adalah, "Membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan , diperbuat dengan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan."
Iman (Makna iman secara bahasa yaitu membenarkan, menampakan kekhusyu'an dan iqrar (pernyataan/pengakuan). Adapun makna iman secara syar'i yaitu segala bentuk ketaatan bathin maupun zhahir. Ketaatan bathin seperti amalan hati, yaitu pembenaran hati. Sedangkan yang zhahir yaitu perbuatan badan yang mencakup berbagai kewajiban dan amalan-amalan sunnah. Intinya iman itu adalah yang menghujam kokoh di dalam hati dan dibenarkan dengan perilaku dan sikap, sedangkan buahnya iman itu nampak nyata dalam pelaksanaan perintah Allah dan menjauhi dari segala larangan-Nya. Jika ilmu tersebut tanpa disertai dengan pengamalan, maka ilmu tersebut tidak ada manfaatnya. Seandainya hanya sekedar ilmu saja tanpa perbuatan dapat memberi manfaat kepada seseorang, pasti ilmu tersebut tidak dapat memberi manfaat pula kepada iblis -semoga Allah melaknatnya. Sungguh iblis itu mengetahui bahwa Allah itu Maha Esa yang tiada sekutu bagi-Nya. Bahkan tempat kembalinya Iblis itu tidak diragukan lagi, pasti kepada-Nya. Akan tetapi tatkala ada perintah dari Allah Ta'ala kepadanya: "Sujudlah kamu kepada Adam!" maka ia enggan dan sombong bahkan ia termasuk golongan orang-orang kafir. Ternyata ilmu Iblis tentang ke-Esa-an Allah tidak dapat memberkan syafa'at kepadanya. Yang demikian itu karena ilmu semata tidak disertai dengan perbuatan, tidak ada nilainya disisi Allah Rabb semesta alam. Demikianlah pemahaman Salafush Shalih. Dalam al-Qur-an tidak disebutkan iman saja tanpa disertai dengan perbuatan, namun digabungkan antara iman dan amal shalih di banyak ayat) itu mencakup ucapan dan perbuatan:
• Ucapan hati dan lisan
• Perbuatan hati, lisan dan badan.
Ucapan hati, yaitu: Kepercayaan, pembenaran, pengakuan dan keyakinannya. Sedang ucapan lisan, yaitu: Pengikraran perbuatan, artinya mengucapkan dua kalimat syahadat dan melaksanakan konsekwensinya.
Adapun perbuatan hati, adalah niat, taslim(penyerahan), ikhlas, tunduk, cinta dan kehendaknya untuk berbuat amal shalih. Sedangkan perbuatan lisan dan badan adalah mengerjakan perintah dan meninggalkan segala larangan.
"Tidak ada iman kecuali dengan perbuatan; tiada ada ucapan dan perbuatan kecuali dengan niat; dan tidak ada ucapan, perbuatan maupun niat kecuali dengan tuntutan yang sesuai dengan sunnah." (Ungkapan ini dikatakan oleh Imam al-Auza'i, Sufyan ats-Tsauri, al-Humaidi dan selainnya. Dan ucapan ini terkenal dari mereka. Seperti yang diriwayatkan al-Lalika-i dan Ibnu Baththa. (Lihat Syarah Ushuul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah oleh al-Lalika-i no. 1586).

Allah Ta'ala telah menyebutkan sifat orang-orang mukmin sejati didalam al-Qur'an untuk orang-orang yang beriman dan beramal shalih dengan apa yang mereka imani, berupa prinsip-prinsip agama maupun cabangnya; baik yang zhahir maupun bathin. Dan pengaruh iman tersebut nampak tercermin dalam ‘aqidah, ucapan dan perbuatan mereka, yang zhahir maupun yang bathin. Allah Ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlan iman mereka (karenanya) dan kepada Rabb-lah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Rabb-nya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia." (Al-Anfaal: 24).
Allah Ta'ala selalu menggandengkan antara iman dan amal perbuatan dalam banyak ayat al-Qur-anul Karim, seperti dalam firman-Nya,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi tempat tinggal." (Al-Kahfi: 107).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bubuhkan komentar anda